FOREST TO DATE SERIES 3 THE UNTOLD : KONFLIK DI GARIS BATAS HUTAN MANGROVE YANG MEMILIKI POTENSI SIMPANAN KARBON
FOREST TO DATE SERIES 3 THE UNTOLD : KONFLIK DI GARIS BATAS HUTAN MANGROVE YANG MEMILIKI POTENSI SIMPANAN KARBON
Sejauh ini Perubahan fungsi lahan dan iklim telah menimbulkan kekhawatiran yang terus berlanjut tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfer adalah penyebab perubahan iklim. Pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya kadar gas rumah kaca seperti N2O, CH4, dan CO2 (IPCC, 2022). Hutan menyimpan gas CO2 dalam berbagai bentuk yaitu tegakan, seresah dan salah satunya tanah. Cadangan karbon organik terestrial terbesar ditemukan di tanah, yang memiliki kandungan karbon organik global sekitar 2.344 Gt (1 Gigaton = 1 miliar ton). Ketika hutan fungsi hutan dikonversi menjadi lahan lain, karbon dilepaskan dan lahan kehilangan potensinya untuk menyimpan karbon. Terjadinya perubahan alih lahan hutan termasuk pada kawasan hutan mangrove yang berperan menjadi kunci mitigasi perubahan iklim, yakni salah satu pemilik potensi simpanan karbon terbesar. Berdasarkan Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA), wilayah hutan mangrove di Indonesia mengalami penurunan sebesar 50% pada kurun waktu 3 dekade terakhir. Hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang meliputi pembangunan pantai, pertanian, dan lainnya.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang mampu mereduksi CO2 melalui mekanisme “sekuistrasi” yaitu penyerapan karbon dari atmosfer dan penyimpanannya dalam beberapa kompartemen seperti tumbuhan, serasah dan materi organik tanah (Hairiah dan Rahayu 2007). Di Indonesia, hasil riset peneliti CIFOR menunjukkan bahwa meskipun hutan mangrove hanya memiliki luas 0,7% dari luasan hutan, akan tetapi potensi simpanan karbon pada kawasan mangrove sendiri berada pada angka 10% dari semua emisi (Rahmah et al. 2015). Sehingga umumnya dapat dikatakan bahwa potensi simpanan karbon pada hutan mangrove lebih besar dibandingkan pada hutan tropis. Oleh karena itu, pelestarian hutan mangrove menjadi sangat penting dilakukan dalam mitigasi perubahan iklim global.
Kegiatan pembibitan, penanaman dan pemantauan mangrove dapat menjadi solusi dalam memitigasi krisis perubahan iklim. Sebagai upaya untuk mendukung kelestarian hutan mangrove, pada tanggal 26 Mei 2024 lalu, Himpunan Profesi Tree Grower Community telah melaksanakan kegiatan ‘Aksi Mangrove’ yang berlokasi di Taman Ekowisata Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara. Dengan menyiapkan total 300 bibit mangrove dan melibatkan 57 relawan, kegiatan ini berhasil menciptakan dampak positif dalam upaya pelestarian hutan mangrove. Bibit mangrove ditanam dengan cermat pada area yang telah dipilih untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang dalam mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ketahanan lingkungan setempat terhadap perubahan iklim. Selain itu, kegiatan Aksi Mangrove dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keberlangsungan ekosistem mangrove sebagai habitat berbagai jenis flora dan fauna dan sebagai rekonstruksi lahan mangrove yang telah rusak serta sebagai benteng alami melawan abrasi pantai.